Bakteri merupakan mikroorganisme bersel satu yang
memiliki carakteristik yang bervariasi yang memungkinkan klasifikasinya. Satu
skema klasifikasi utama adalah berdasarkan pewarnaan Gram. Pada prosedur ini
bakteri dibunuh dengan pemanasan kemudian diwarnai dengan purple dye crystal
violet dan iodium. Kombinasi ini membentuk kompleks celupan pada dinding sel
bakteri. Perlakuan pewarnaan bakteri dengan sebuah dekolorisasi seperti etanol
akan mencuci kompleks dari beberapa bakteri yang membedakan dari yang lain.
Bakteri yang menahan kompleks kristal violet iodium terlihat ungu dan disebut
“Gram positif”. Bakteri yang yang kehilangan kompleks celupan dapat diwarnai
dengan celupan merah saffranin, terlihat merah dan disebut “Gram negatif”. Dasar
dari reaksi Gram terjadi karena struktur diding sel yang akan dijelaskan dalam
paper berikut.
Dalam paper ini juga akan dibahas tentang Bakteri
penyebab TBC yang merupakan bakteri tahan asam yang memliki dinding sel yang
unik. Bakteri ini pun dapat memiliki resistensi terhadap beberapa obat anti
TBC.
PEMBAHASAN
Dinding Sel Bakteri
Berat
dinding sel mencapai 40% berat kering sel bakteri. Dinding sel pada bakteri
tersusun atas peptidoglikan berbeda dengan dinding sel
tumbuhan (selulosa) atau dinding sel jamur (kitin).
- N-asetil glukosamin
- Asam N-asetil muramat
- Peptida yang disusun empat atau lima asam amino, yaitu L-alanin, D-alanin, asam D-glutamat dan lisin atau asam diaminopimelat
- Komponen kimia lain seperti asam teikoat, protein, polisakarida, lipoprotein dan lipoposakarida yang terikat kuat pada peptidoglikan
Dinding sel
pada bakteri berupa struktur kaku yang terletak di sebelah luar membran sel.
Dinding sel berfungsi untuk :
- memberi bentuk pada sel
- memberi perlindungan
- berperan dalam reproduksi sel
- mengatur pertukaran zat dari dalam dan keluar sel. Dalam fungsinya membantu pertukaran zat; air, ion-ion dan molekul kecil dapat melintas dengan bebas melalui pori-pori kecil dalam dinding sel. Molekul besar seperti protein dan asam nukleat tidak dapat melalui pori-pori dengan bebas.
Kelompok
bakteri ada yang memiliki dinding sel
dan ada yang tidak. Bakteri yang berdinding sel sel dapat dibedakan berdasarkan
hasil pengecatan Gram
Perbedaan
utma dari dinding sel bakteri gram positif dengan dinding bakteri gram negatif
adalah: pada bakteri gram positif tersusun atas lapisan peptidoglikan relatif
tebal, dikelilingi lapisan teichoic acid dan pada beberapa species mempunyai
lapisan polisakarida, sedangkan dinding sel bakteri gram negatif mempunyai
lapisan peptidoglikan relatip tipis, dikelilingi lapisan lipoprotein, lipopolisakarida, fosfolipid
dan beberapa protein.
Peptidoglikan
(murein) yaitu susunan yang terdiri dari polimer besar dan terbuat dari
N–asetil glukosamin dan asam N–asetil muramat yang saling berikatan silang
(cross linking) dengan ikatan kovalen.
Beberapa
kelompok prokariota, secara umum disebut archaebacteria, tidak memiliki lapisan
peptidoglikan. Beberapa memiliki polimer
yang sama mengandung gula N-acetyl. Pada archaebacteria lain juga terdapat
lapisan protein.
Sel selama
mensintesis peptidoglikan memerlukan ensim hidrolase dan sintetase. Untuk
menjaga sintesis supaya normal, kegiatan kedua ensim ini harus seimbang satu
sama lain. Bio-sintesis peptidoglikan berlangsung dalam beberapa stadium dan
antibiotik pengganggu sintesis peptidoglikan aktif pada stadium yang berlainan.
Sikloserin terutama menghambat ensim racemase dan sintetase yang berperan dalam
pembentukan dipeptida. Vankomisin bekerja pada stadium kedua diikuti oleh
basitrasin, ristosetin dan diakhiri oleh penisilin dan sefalosporin yaitu menghambat
transpeptidase.
Diaminopimelic
acid merupakan elemen unik pada dinding sel prokariotik. Bakteri mutan yang
dihambat di tempat sebelum biosintesis zat ini, dapat tumbuh normal apabila
dalam medianya tersedia. Jika hanya L-lisin,
mereka mengalami lisis, karena pertumbuhan berjalan terus namun tidak mampu
membuat dinding sel peptidoglikan baru.
Banyak
spesies bakteri gram-negatif yang bersifat patogen, yang berarti mereka
berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini umumnya berkaitan dengan
komponen tertentu pada dinding sel gram-negatif, terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal
juga dengan LPS atau endotoksin).
Antibiotik yang menyebabkan gangguan sintesis
lapisan ini aktivitasnya akan lebih nyata pada bakteri gram positif. Aktivitas
penghambatan atau membinasakan hanya dilakukan selama pertumbuhan sel dan
aktivitasnya dapat ditiadakan dengan menaikkan tekanan osmotik media untuk
mencegah pecahnya sel. Bakteri tertentu seperti mikobakteriadan halobakteria
mempunyai peptidoglikan relatip sedikit, sehingga kurang terpengaruh oleh
antibiotik
- sering dianggap virus (ukuran terlalu kecil dan tidak adanya dinding sel). Tetapi memiliki struktur seperti prokariot berupa ribosom, DNA dan RNA
- dapat hidup tanpa dinding sel karena hidup pada habitat dengan tekanan osmotik yang terlindung seperti pada sel tubuh hewan
- Contoh : Mycoplasma pneumoniae (bakteri patogen pada hewan dan manusia)
- Kebanyakan Mycoplasma memiliki sterol pada membran yang kemungkinan berfungsi untuk menambah kekuatan dan kekakuan membran seperti pada membran sel eukariot
- Memiliki lapisan peptidoglikan tebal berupa asam teikoat
- Dinding sel yang tebal tersebut menyerap kristal violet saat pewarnaan Gram sehingga berwarna ungu/biru
- Mengandung lebih sedikit asam amino
- Contoh : Bacillus thuringiensis
3. Gram Negatif
- Memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis
- Memiliki kandungan lipid lebih tinggi
- Memiliki membran luar yang melindungi dari lingkungan yang tidak menguntungkan
- Memiliki lipoposakarida (LPS) sebagai materi endotoksin yang banyak dimiliki bakteri patogen
- Terdapat ruang periplasma yang berisi air, nutrien, hasil sekresi (enzim pencerna dan protein transport)
- Contoh : Pseudomonas
Genus Mycobacterium
merupakan kelompok bakteri gram positip, berbentuk batang, berukuran lebih kecil
dibandingkan bakteri lainnya. Genus ini mempunyai karakteristik unik karena
dinding selnya kaya akan lipid dan lapisan tebal peptidoglikan yang mengandung
arabinogalaktan, lipoarabinomanan dan asam mikolat. Asam mikolat tidak biasa
dijumpai pada bakteri dan hanya dijumpai pada dinding sel Mycobacterium dan
Corynebacterium. Mycobacterium tuberculosis dibedakan dari sebagian besar
bakteri dan mikobakteri lainnya karena bersifat patogen dan dapat berkembang
biak dalam sel fagosit hewan dan manusia. Pertumbuhan Mycobacterium
tuberculosis relatif lambat dibandingkan mycobakteri lainnya.
Mycobacterium
tuberculosis tidak menghasilkan endo-toksin maupun eksotoksin. Bagian selubung Mycobacterium
tuberculosis mempunyai sifat pertahanan khusus terhadap proses
miko-bakterisidal sel hospes. Dinding sel yang kaya lipid akan melindungi
mikobakteri dari proses fagolisosom, hal ini dapat menerangkan mengapa
mikobakteri dapat hidup pada makrofag normal yang tidak teraktivasi.
Selain
bersifat patogen Mycobacterium tuberculosis dapat berfungsi sebagai ajuvan
yaitu komponen bakteri yang dapat
meningkat-kan respon imun sel T dan sel B apabila dicampur dengan antigen
terlarut. Ajuvan yang banyak digunakan dalam laboratorium adalah Freund's
ajuvan yang terdiri dari Mycobacterium tuberculosis yang telah dimatikan dan
disupensikan dalam minyak kemudian diemulsikan dengan antigen terlarut.
OAT yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah INH, RIF, PZA, EB dan SM. INH diduga bekerja
dengan menghambat sintesis asam mikolat, komponen utama dinding sel
Mycobacterium. RIF merupakan
bakterisid yang bekerja menghambat sintesis asam nukleat yaitu sintesis RNA transkripsi
dengan mengi-kat subunit β RNA polimerase. PZA merupakan analog struktur
nikotinamid yang membunuh basil tuberkel semidorman dalam keadaan asam. Dalam
keadaan asam, basil tuberkel menghasilkan pirazinamidase, suatu enzim yang
merubah PZA menjadi asam pirazinoat, yang berfungsi sebagai antibakteri. EB
mengganggu metabolisme karbohidrat, sedangkan SM membunuh bakteri dengan
mengganggu sintesis prote-in, translasi, dengan berikatan pada 16s rRNA.
Mekanisme tingkat molekul resistensi terhadap obat
antituberculosis isoniazid (INH)
INH
merupakan antituberkulosis yang paling efektif baik untuk pengobatan maupun
untuk pencegahan penyakit TB karena M. tuberculosis sangat sensitif terhadap
INH. Galur resisten INH seringkali muncul dengan frekuensi kurang lebih 90%.
Resistensi terha-dap INH disebabkan oleh mutasi pada salah satu dari gen katG,
inhA atau ahpC.
Setelah
masuk ke dalam sel, INH diubah menjadi bentuk aktifnya oleh enzim
katalase-peroksidase (KatG) yang dikode oleh gen katG. Diduga, INH yang aktif
berupa bentuk teroksidasinya. Enzim katG
meru-pakan satu-satunya enzim yang mengaktivasi INH, oleh karena itu hilangnya
aktivitas KatG akibat mutasi pada gen katG mengakibatkan M. tuberculosis
resisten terhadap INH. Resistensi terhadap INH yang paling banyak terjadi
adalah akibat mutasi pada gen katG. Yang banyak dilaporkan adalah mutasi pada
kodon 315 (Ser → Thr) dan kodon 463 (Arg → Leu) Selain itu, juga ditemukan
mutasi pada kodon 304 (Ile → Val) dan delesi parsial, di samping pada kodon 128
(Arg → Gln) dan kodon 291 (Ala → Pro), delesi sempurna pada gen katG dan
perubahan pada urutan peregulasi inhA yaitu substitusi C209T.
INH dalam
bentuk aktif menghambat enzim enoil-ACP reduktase, InhA (dikode gen inhA),
suatu enzim yang mengkatalisis tahap awal sintesis asam mikolat. Reaksi yang
dikatalisis oleh KatG terhadap INH diduga meng-hasilkan spesi elektrofil yang
dapat bereaksi dengan molekul sasaran dalam sel
Mycobacterium seperti InhA. Penelitian dengan pendekatan struktur menun-jukkan
bahwa INH-aktif bereaksi dengan NAD(H), suatu kofaktor yang terikat pada InhA
kemudian membentuk ikatan kovalen INH-NAD. Kepekaan terhadap INH disebabkan
karena penggabungan INH-NAD sehingga menghambat aktivitas enzimatik InhA.
Mutasi pada inhA juga menyebabkan Mycobacterium menjadi resisten terhadap
antituberkulosis lain yang struktur kimianya mirip INH yaitu etionamid. Mutasi
pada gen inhA belum banyak dilaporkan, namun telah ditemukan mutasi pada kodon
94 (Ser → Ala) dan daerah regulasi, yaitu posisi 209 C→T.
Sekitar 16%
isolat klinik yang resisten terhadap INH menunjukkan mutasi pada gen ahpC yang
mengkode AhpC, suatu enzim alkil hidroperok-sidase yang berfungsi sebagai
komponen reduktase antioksidan. Jika gen katG termutasi maka ekspresi ahpC
mening-kat untuk mengatasi hilangnya fungsi KatG. Mutasi yang bertanggungjawab
terhadap peningkatan ekspresi gen ahpC
adalah pada daerah berukuran 105 pasangan basa yang berlokasi di antara
oxyR-ahpC, biasanya terjadi pada frekuensi rendah berupa transisi G-C men-jadi
A-T.
Rifampin (RIF)
Terjadinya
resistensi terhadap RIF mencapai 95, umumnya terjadi akibat mutasi pada gen
rpoB yang mengkode subunit β RNA polimerase, komponen penting dalam proses
transkripsi. RIF terikat secara
spesifik pada subunit β RNA polimerase sehingga transkripsi terhambat. Berbagai
mutasi pada gen rpoB telah diketahui bertanggungjawab terhadap resistensi RIF,
terbanyak terjadi pada kodon 526 (His → Asp) dan kodon 531 (Ser → Leu). Mutasi
lain yang menyebabkan perubahan asam amino terjadi pada kodon 518 (Asn → Ser),
kodon 513 (Gln → Leu) dan delesi sembilan nukleotida. Di Afrika Selatan
ditemukan gen rpoB M. tuberculosis dengan kodon 531 termutasi (Ser →Trp). Di
Vancouver, Mexico City dan New Delhi, isolat M. tuberculosis resisten RIF
banyak yang mengalami mutasi pada kodon 526 (His → Arg), kodon 531 (Ser → Leu),
dan kodon 516 (Asp → Val) (Sharma, M, 2000), mutasi yang berupa misens atau
mutasi ganda. Ditemukan adanya mutasi gen katG pada kodon 505 (Phe → Leu), 511
(Leu → Pro), 516 (Asp → Ala), 525 (Thr → Asn), 526 (His → Tyr dan His → Leu),
531 (Ser → Trp) dan 533 (Leu → Pro). Mutasi delesi juga dilaporkan terjadi pada
posisi 199 – 207, yaitu hilangnya urutan ATGGACCAG, yang menyebabkan tiga asam amino
hilang, yaitu Met, Asp dan Gln dan pada kodon 354 terjadi delesi GGG, yang
menyebabkan kehilangan asam amino Gly. Selain mutasi tersebut, ditemukan juga
mutasi pada gen rpoB yang terletak di luar posisi yang biasanya terjadi yaitu
pada kodon 395 (Arg → Gln), 232 (His → Tyr), 221 (Ser → Leu), 202 (Asp → Tyr),
202-203 (Asp → Phe), 91 (Met → Leu), 227-228 (Leu → Ser), dan 349-351 (Gln →
Ser) (Schilke, K., 1999).
Pirazinamid (PZA)
PZA yang
masuk ke dalam M. tuberculosis akan diubah menjadi bentuk aktif oleh enzim
pirazinamidase (PZAase). Enzim PZAase dikode oleh gen pncA dan mutasi pada gen
pncA menyebabkan aktivitas PZAase hilang sehingga M. tuberculosis resistensi
terhadap PZA. Pada sejumlah isolat resisten PZA ditemukan mutasi berupa
substitusi nukleotida, insersi, delesi, substitusi asam amino atau pergeseran
kerangka baca, di antaranya pada kodon 118 Asn → Thr, insersi CG pada posisi 501,
insersi CC pada posisi 403, delesi 8 pb pada kodon start, kodon 54 (Pro → Thr),
insersi AG pada posisi 368, kodon 41 (Tyr → His), kodon 88 (Ser → stop kodon)
dan insersi A pada posisi 301. Pada 70 isolat resisten PZA yang dikarakterisasi
dalam suatu penelitian ditemukan 68 galur resisten tidak mengalami mutasi pada
gen pncA. Kenyataan ini membuka kesempatan untuk menemukan gen selain pncA yang
bertanggung jawab terhadap resistensi PZA. Dua galur lainnya tidak mempunyai
aktivitas PZAase yang didu-ga berhubungan dengan mutasi misens, salah satunya
mengalami mutasi gen pncA pada kodon 82 dan yang lain pada kodon 171 (Ala →
Val). Selain itu ditemukan juga dua mutasi lain yang mengakibatkan substitusi
fenilalanin oleh glisin pada posisi 80 (mutasi pada posisi 241, T → G), dan
substitusi alanin oleh prolin pada posisi 171 (mutasi pada posisi 511, G → C).
Etambutol (EB)
Resistensi
terhadap EB berkaitan dengan mutasi yang terjadi pada gen embB pengkode
arabinosiltransferase yang terlibat dalam
biosintesis arabinan, suatu kompo-nen arabinogalaktan pada dinding sel. Mutasi
pada gen embB dapat menghambat polimerisasi dinding sel arabinan dan
menyebabkan akumulasi karier lipid dekaprenol fosfoarabinosa. Diduga bahwa obat
meng-ganggu transfer arabinosa pada aseptor dinding sel.
Isolat M.
tuberculosis resisten paling umum mengala-mi mutasi pada gen embB pada kodon
306 atau 406 dimana terjadi substitusi asam amino. Pada kodon 306 dilaporkan
adanya substitusi of menjadi Dr, ug atau Rer. Selain itu dilaporkan juga adanya
mutasi pada kodon 285, 330 dan 630. Baik substitusi tunggal
misalnya pada kodon 313 (sis → tan) maupun substitusi ganda yaitu pada kodon
319 (Tyr → Cys) dan pada kodon 328 (Asp → Tyr). Mutasi lain menga-kibatkan
gen-gen pada operon iniBAC, operon yang terdiri atas gen iniA, iniB dan iniC,
diekspresi lebih tinggi bila M. tuberculosis dipaparkan terhadap etam-butol
secara in vitro.
Streptomisin (SM)
Mutasi yang
menyertai resistensi SM diketahui berhu-bungan dengan gen 16S rRNA (rrs) dan
gen protein ribosom S12 (rpsL), yang paling banyak mutasi pada gen rpsL dan
umumnya terjadi pada kodon 43. 54% isolat resisten SM mengalami mutasi misens
sehingga mengakibatkan substitusi asam amino pada kodon 43 (Lys → Arg). Mutasi
pada kodon 88 gen rpsL juga ditemukan. Mutasi pada gen rrs terjadi pada dua
daerah yaitu di sekitar nukleotida 530 dan 951 serta ditemukan trans-versi A →
T pada posisi 513. Ditemukan isolat resisten SM yang mengalami substitusi C865
→ G pada loop 912 gen rrs dan tidak ditemukan mutasi pada loop 530.
Konsekuensi mutasi terhadap aktivitas enzim
Mutasi dapat
disebabkan oleh perubahan nukleotida pada titik tertentu (mutasi titik),
hilangnya nukleotida baru pada satu titik
(delesi mikro) atau pada fragmen besar DNA (delesi makro). Selain dapat terjadi
pada daerah pengkode, mutasi dapat juga terjadi pada daerah yang bertanggung
jawab terhadap regulasi ekspresi OAT sasaran atau enzim pengaktivasi OAT,
misalnya pada promotor. Mutasi pada daerah promotor menga-kibatkan transkripsi tidak
terjadi atau turun sehingga enzim tidak dapat atau hanya sedikit disintesis.
Mutasi pada
daerah pengkode dapat menyebabkan substitusi asam amino pada protein dengan
ukuran normal atau menghasilkan protein yang lebih pendek. Substitusi asam
amino dengan sifat berbeda dapat menyebabkan protein kehilangan aktivitas
enzimatis atau kehilangan aktivitas pengikatan. Beberapa contoh substitusi asam
amino yang dapat menyebabkan kehila-ngan atau penurunan aktivitas enzimatis
terjadi pada enzim KatG dan PZAase. KatG mutan mengalami perubahan Arg463 →
Leu, dimana Arg yang bersifat basa, dan berukuran kecil menjadi Leu yang
bersifat netral, hidrofob dan berukuran besar. Jadi perubahan ukuran dan muatan
asam amino ini sangat bermakna sehingga KatG kehilangan aktivitas enzimatisnya.
Contoh lain adalah pada enzim ce ase mutan yang mengalami perubahan
Tyr41 → His, dimana kedua asam amino tersebut bersifat polar, namun telah
terjadi perubahan muatan (Tyr bersifat netral, sedangkan His bersifat basa)
Hilangnya aktivitas enzim juga dapat disebabkan oleh mutasi nonsens yang
menyebabkan terjadi kodon stop pada Ser88, sehingga enzim in ase yang
dihasilkan menjadi lebih pendek dan tidak mempunyai aktivitas.
Substitusi
asam amino juga dapat menghilangkan aktivitas pengikatan. Sebagai contoh
terjadi pada enzim InhA, dimana terjadi substitusi Ser94 → Ala. Walau-pun kedua
asam amino tersebut bersifat netral dan berukuran sangat kecil, tetapi terjadi
perubahan polari-tas karena serin bersifat polar (hidrofil), sedangkan alanin
bersifat tidak polar (hidrofob). Enzim InhA mutan tidak dapat diinhibisi oleh
INH-NAD. Kegaga-lan pengikatan juga ditunjukkan oleh dua mutasi pada gen rpoB
yang menghasilkan substitusi His → Asp pada posisi 526 dan Ser → Leu pada
posisi 531. Perubahan His menjadi Asp tidak merubah sifat kepolaran dan
hidrofilitasnya, melainkan merubah sifat keasamannya karena His bersifat basa,
sedangkan Asp bersifat asam. Hal ini berbeda pada mutasi yang menyebabkan
substitusi Ser531 → Leu karena kedua asam amino tersebut bersifat netral dan
hidrofob, namun kepolarannya berbeda (Ser bersifat polar, sedangkan Leu
bersifat tidak polar). Walaupun perubahan sifat asam amino pada kedua RpoB
mutan berbeda, tetapi fenotip yang tampak adalah sama, yaitu keduanya
menunjukkan aktivitas pengikatan yang menurun terhadap rifampisin. Substitusi
asam amino pada enzim EmbB juga menyebabkan afinitas pengika-tan terhadap
ethambutol juga hilang atau turun, yaitu perubahan Asp328 → Tyr, dimana
kepolaran kedua asam amino tersebut tidak berubah, namun muatannya berubah (Asp
bersifat asam, sedangkan Tyr bersifat netral).
Spain, T
Resistensi
terhadap banyak OAT pada M. tuberculosis terjadi akibat mutasi yang tidak
saling bergantung (independent mutation) pada lebih dari satu gen pengkode OAT
dan atau gen pengkode enzim pengaktivasi prazat OAT. Mutasi
yang terjadi dapat berupa substitusi asam amino dengan perubahan sifat atau
struktur asam amino, perubahan kodon menjadi kodon stop sehingga enzim yang
dihasilkan berukuran lebih pendek, perubahan kerangka baca akibat hilangnya
atau penambahan nukleotida tertentu. Mutasi ini mengakibatkan protein target
atau enzim pengaktivasi menjadi hilang aktivitas enzimatiknya atau aktivitas
pengikatannya.
tulusannya sulit dobaca
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusblog terlalu ramai gambarnya
BalasHapus